8/9/10

Dilema Kehidupan Seorang Pejuang

Perjuangan adalah sebuah kata tiada henti. Ia memerlukan nafas panjang yang akan selalu memenuhi relung-relung hati pelakunya. Hanya sebuah nilai-nilai mulia yang diyakini yang akan selalu menjadi penggerak agar  tetap bertahan pada perjuangannya. Karena sudah menjadi tabiatnya bahwa perjuangan akan selalu penuh dengan onak dan duri. Banyak hal-hal rumit yang akan dijumpai oleh seorang pejuang dan itu harus diselesaikan dengan bijak. Banyak hal-hal tak terduga yang bakal dijumpai dan itu harus dihadapi dengan kelapangan dada dan keluasan fikiran . Seorang pejuang harus selalu mengasah keikhlasan hatinya, kerana ikhlas adalah energi yang tidak mengenal lelah, di setiap waktu.

Setiap pejuang pasti akan merasai dilema ini. Mungkin tidak semuanya tapi ku yakin hal ini dialami oleh sebagian besar para pejuang. Bahwa seorang pejuang adalah juga seorang manusia seperti yang lainnya, namun apa yang ada dalam pikirannya melampaui orang-orang pada umumnya. Dalam pikirannya pasti ada cita-cita besar yang akan diperjuangkan dan akan diraih di kemudian hari. Dan itu memerlukan bekal yang tidak sedikit. Seorang pejuang harus menyiapkan dirinya dengan banyak kemampuan dan potensi yang tidak bisa dikatakan sedikit dan tidak sederhana. Nah, di sinilah masalahnya, seorang pejuang bisa saja banyak menemui banyak masalah peribadi yang ditemui sejalan dengan perjuangannya. Di satu sisi dia bisa saja kelihatan hebat apabila dilihat oleh orang-orang luar, tampak cemerlang apabila kita melihatnya dari luar. Namun siapa tahu dilema yang ada di dalam hatinya..

Seorang pejuangmungkin dilihat sebagai seorang sukses dan hebat. Tapi dalam kehidupan pribadinya, atau dalam relung-relung jiwanya mungkin saja dia akan menemui banyak masalah di situ. Lebih tepat ia diistilahkan sebagai sebuah "pengorbanan". Iya. itu adalah pengorbanan. Seorang pejuang harus siap berkorban, dan seringkali pengorbanan itu hanya dia dan orang-orang yang terdekat sahaja yang tahu. Pengorbanan itu terutama adalah pengorbanan jiwa. Ya, seorang pejuang seringkali mengorbankan perasaan atau jiwanya untuk meraih cita-citanya. Seringkali jiwanya menjadi rapuh walaupun hal itu tidak dinampakkannya dan dari luar dilihat sebagai orang yang hebat. Bisa jadi dia sangat begitu lemah saat sendirian, atau saat bersama orang terdekatnya, walaupun di luar dia begitu kuat menghadapi setiap badai. Yah, itulah dilema seorang pejuang. 

Intinya bahawa pengorbanan seorang pejuang seringkali disembunyikan oleh pelakunya dan orang melihat dia sebagai orang hebat dan kuat. Walaupun keadaan yang sebenarnya dia orang yang sangat rapuh dan sangat memerlukan pertolongan. Namun, itu tidak dinampakkannya, dan hanya kepada Allah saja para pejuang meminta kekuatan dan berkeluh kesah. Aku tidak tahu bagaimana mengatasi dilema ini. Ataukah memang tidak perlu diatasi? Hanya karena bahwa seorang pejuang memang harus menghadapi sebuah risiko? bagaimanapun seorang pejuang adalah manusia juga. Dia harus bisa mengatasi dirinya sendiri agar kehidupannya berjalan seimbang, tawazun, sehingga tidak menimbulkan gangguan-gangguan jiwa dalam dirinya. Dan agar dia juga tetap menjalani kehidupan normal seperti layaknya manusia lainnya.


Moga Ramadhan kali ini akan membuahkan keputusan yang terbaik dalam menghadapi dilema hidup ini.